Widget HTML Atas

Mengenal Masjid Al-Wustho Mangkunegaran, Masjid Bersejarah Keraton Mangkunegara


Kota Solo dikenal sebagai kota budaya, sehingga aktivitas-aktivitas budaya sekilas tampak lebih mendominasi. Namun, sebenarnya Solo juga merupakan kota yang religius. Sebagai ibu kota dari kerajaan Islam di masa lalu, banyak bukti yang menunjukkan bahwa Solo atau Surakarta merupakan kota yang ramah terhadap agama. Bahkan, budaya asli Solo pun sebenarnya merupakan akulturasi dari budaya Arab dengan budaya Jawa. 

Menurut peneliti Kepemimpinan Jawa Satria Piningit, Yeni Mulati MM, M.Psi, nilai-nilai Islam sangat banyak dijumpai, meskipun tidak tertera secara tersurat, namun tersurat di literatur-literatur Jawa, seperti Serat Wulangreh. Peneliti yang juga seorang penulis novel dengan nama pena Afifah Afra ini dalam setahun terakhir ini telah meneliti beberapa serat yang ditulis oleh raja-raja dan pujangga Solo seperti Pakubuwono IV, Mangkunegara IV, maupun Raden Ngabehi Ranggawarsita. "Serat-serat tersebut sebenarnya sangat Islami, meskipun memang tidak dieksplisitkan. Raja-raja Solo, seperti Mangkunegara I atau Pakubuwono IV, adalah raja-raja yang taat dan rajin beribadah," ujar Yeni.

Sebagai kota religius, Solo memiliki banyak masjid-masjid ikonik, baik masjid kuno yang memiliki nilai sejarah sangat tinggi, misal Masjid Agung Kauman, Masjid Wustho Mangkunegaran, Masjid Laweyan dan sebagainya; maupun masjid-masjid baru yang indah dan modern, seperti masjid Masjid Fatimah, Masjid Aisyah, dan yang terbaru masjid Syekh Zayed.

Pada artikel ini, kami akan memaparkan masjid Al-Wustho, salah satu masjid bersejarah di kota Solo yang sangat ikonik dan memiliki arsitektur menarik. Saat ini, Puri Mangkunegaran merupakan salah satu destinasi wisata yang sedang tren, setelah Adipati yang bertakhta di Mangkunegaran saat ini, yakni Mangkunegara X, dengan dukungan walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, melakukan revitalisasi puri ini. Nah, tepat di sebelah barat puri ini, berdiri dengan anggun Masjid Al-Wustho.

Masjid ini berlokasi di Jl. Kartini no. 3, Kelurahan Ketelan, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta. Berdasarkan situs puromangkunegaran.com, masjid ini merupakan masjid resmi Kadipaten Mangkunegaran, sebagaimana Masjid Agung di Kauman yang merupakan masjid Kasunanan Surakarta. Menurut Yeni Mulati, tata kota di kerajaan-kerajaan Jawa di zaman Islam, memang selalu memadukan antara keraton, masjid, pasar dan alun-alun. Mataram termasuk yang menerapkan hal tersebut. Karena baik Mangkunegaran maupun Kasunanan Surakarta merupakan pecahan Mataram Islam, hal yang sama pun diterapkan.

Masjid Al-Wustho Mangkunegaran awalnya dibangun di daerah Pasarlegi, dibangun pada masa Mangkunegaran I yang bertakhta antara tahun 1725 hingga 1795. Akan tetapi, lokasi masjid dianggap terlalu jauh dari pusat pemerintahan, sehingga dipindah ke lokasi saat ini oleh Mangkunegara II (1796-1835). Akan tetapi, masjid tersebut belum berbentuk seperti sekarang ini. Baru setelah Mangkunegara VII bertakhta pada 1916-1944, masjid ini dibangun menjadi sebuah masjid yang indah dan modern. Menariknya, arsitek dari masjid ini adalah seorang Insinyur Belanda bernama Herman Thomas Karsten. Karsten juga merupakan arsitek yang berjasa dalam pembangunan tata kota Surakarta pada tahun 1930-an. Pasar Gede Harjonagoro merupakan salah satu hasil karya Karsten.

Nama Al-Wustho, menurut situs puromangkunegaran.com secara resmi diberikan oleh KRT K.H. Imam Rosidi pada tahun 1949, beliau adalah Bopo Penghulu Mangkunegaran (ketua takmir masjid tersebut). Akan tetapi, setelah Indonesia merdeka,masjid tersebut dikelola oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Sejak tahun 1924, masjid tersebut dibuka untuk umum, dan menurut Syamsiah dkk (2020) masjid tersebut digunakan untuk pendidikan umat Islam yang dikelola oleh Muhammadiyah.

Masjid Al-Wustho berdiri di atas tanah berukuran 4.200 meter persegi. Meski merupakan masjid dengan pagar dan gerbang serta pintu dan menara yang bergaya Timur-Tengah, atap utama masjid ini juga memadukan arsitektur Jawa dengan bangunan model tajug, yakni bangunan dengan atap piramida khas masjid-masjid di Jawa.

Jika Anda sedang berada di Solo, jangan lupa mampir di masjid ini.

Tidak ada komentar untuk "Mengenal Masjid Al-Wustho Mangkunegaran, Masjid Bersejarah Keraton Mangkunegara"